Burung Endemik Kalimantan Selatan
Setelah sebelumnya alamendah.org menulis daftar burung endemik Jawa dan Bali sekarang giliran daftar burung endemik Kalimantan. Daftar ini berisikan nama-nama burung yang hanya ditemukan hidup di pulau Kalimantan dengan dilengkapi gambar dan penjelasan singkat.
Penjelasan yang sisertakan meliputi diskripsi singkat mengenai fisik burung, nama latin (nama ilmiah), status konservasi berdasarkan Undang-undang RI, CITES, dan IUCN Red List, juga dilengkapi dengan gambar masing-masing burung.
Burung endemik, sebagaimana halnya hewan endemik, merupakan spesies burung yang secara alami hanya mendiami daerah tertentu. Sehingga burung endemik Kalimantan dapat diartikan sebagai burung-burung yang hanya hidup di pulau Kalimantan dan tidak dijumpai di pulau lainnya.
SATWA ENDEMIK KALIMANTAN YANG HIDUP DI KEHJE SEWEN
Hutan Kalimantan bagaikan harta karun yang menyimpan begitu banyak jenis ragam kehidupan flora dan fauna, termasuk Hutan Kehje Sewen. Tidak hanya orangutan, tetapi juga banyak spesies lain. Selain memantau aktivitas orangutan, Tim PRM kami juga mendokumentasikan kekayaan keanekaragaman hayati berbagai jenis burung, primata, reptil, dan satwa endemik Kalimantan yang ditemui di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur.
Burung Bondol Kalimantan (Lonchura fuscans) merupakan sejenis burung kecil pemakan biji-bijian dan hanya dapat ditemukan di hutan Kalimantan dataran rendah. Pada umumnya burung ini dapat ditemukan di semak-semak dataran rendah, hutan dan padang rumput. Di Kehje Sewen, burung dengan bulu kehitaman ini sering dijumpai di kebun kecil tempat menanam sayuran milik Tim PRM kami di Camp Lesik.
Ada juga burung endemik lain, yaitu Burung Pentis Kalimantan (Proinochilus xanthopygius). Burung ini merupakan burung pemakan buah-buah kecil dan serangga. Pentis Kalimantan ini mudah dijumpai di hutan dataran rendah dan hutan tropis berbukit. Burung yang juga dikenal masyarakat Indonesia sebagai “burung cabai”, sering terlihat oleh Tim PRM kami ketika sedang melakukan patroli.
Sementara itu, ada Lutung dahi putih (Presbytis frontata) dan Owa Kalawat (Hylobates muelleri), jenis primata lain yang hidup di Hutan Kehje Sewen. Biasanya, Tim PRM kami di Kehje Sewen sering menjumpainya saat mereka sedang melakukan patroli mencari keberadaan orangutan.
Lutung dahi putih yang merupakan monyet endemik Pulau Kalimantan ini dinyatakan IUCN Red List sebagai satwa yang vulnerable atau rentan menghadapi risiko kepunahan. Lutung dahi putih yang disebut “puan” oleh masyarakat Dayak merupakan binatang yang aktif di siang hari. Oleh pemerintah Indonesia, lutung dahi putih termasuk dalam satwa yang dilindungi.
Sementara itu, primata yang dikenal sebagai Owa Kalawat di Indonesia umumnya dapat ditemukan di hutan primer dan sekunder di Kalimantan. Satwa ini dikenal sebagai satwa frugivore (pemakan buah-buahan), namun juga memakan daun muda dan serangga. Oleh IUCN Red List, Owa Kalawat dinyatakan sebagai satwa terancam punah.
Selain burung dan primata, ada juga jenis reptil yang hanya dapat ditemukan di Kalimantan, salah satunya adalah Ular Kepala Nasi (Amphiesma flavifrons). Ular ini kerap dijumpai di sepanjang sungai yang mengalir di hutan primer dan sekunder di Kalimantan. Jika ular ini berenang, terlihat kepalanya terangkat di atas air, dan pakanan alaminya mencakup telur, kecebong, dan katak.
Letak geografis Indonesia berada pada garis khatulistiwa membuatnya dianugerahi kekayaan sumber daya hayati melimpah. Tentu kelima satwa endemik Kalimantan yang baru saja kita bahas ini merupakan sebagian kecil dari melimpahnya keanekaragaman hayati lain yang ada di Indonesia, dan masih banyak jenis flora dan fauna lainnya yang hidup di Hutan Kehje Sewen. Tidak ada kenakaragaman hayati, tidak ada kehidupan! Karenanya sebagai manusia yang hidup di bumi, sangat perlu untuk menjaga dan melestarikan kehidupan mereka untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Berkenalan dengan tiong-batu Kalimantan
Dari segi penampilan, tiong batu Kalimantan memiliki ciri khas yang unik. Bisa dilihat di bagian atas kepalanya yang nyaris botak karena hanya ada bulu-bulu tipis warna kuning dan merah terang. Bagian paruhnya memiliki ukuran besar sehingga burung ini tampak begitu sangar dan terdapat tompel hitam di pipinya.
Burung yang dikenal dengan nama Bornean Bristlehead ini memiliki panjang tubuh sekitar 24-26cm. Untuk bulu tubuhnya didominasi warna hitam metalik, sedangkan tengkuk dan pangkal pahanya berwarna merah.
Sebagian ornitholog atau ahli burung menganggap bahwa tiong batu Kalimantan adalah kerabat dari burung gagak, tetapi sebagian lain beranggapan bahwa burung ini termasuk anggota keluarga burung jagal dari Papua. Bahkan, ada juga para ahli yang meyakini spesies ini adalah keluarga bentet dan burung jalak. Namun, di sisi lain ada pendapat bahwa burung ini dikelompokkan sebagai genus sendiri.
Tiong batu Kalimantan hidup di habitat berupa hutan rawa, gambut, kerangas, dan hutan dataran rendah di Kalimantan. Ia juga pernah ditemukan di area hutan dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut di sekitar Sabah, Malaysia. Namun, memang sulit menjumpai burung ini karena mereka cenderung pemalu dan sering bersembunyi dari manusia.
Burung endemik ini biasa hidup berkelompok yang terdiri dari tiga sampai 10 individu. Tak selalu sesama spesies, tiong batu Kalimantan juga sering terlihat dalam mixed-flock, rombongan atau kelompok yang terdiri dari berbagai spesies burung. Kerap kali tiong batu Kalimantan yang menjadi pemimpin kelompok.
Untuk bertahan hidup, pakan burung ini adalah serangga seperti kumbang atau hewan-hewan seperti cicak, kecoak, rayap, reptil kecil, laba-laba, dan amfibia.
Salah satu keunikan dari burung ini adalah suaranya. Tiong batu Kalimantan bukan burung pengicau yang baik, suaranya cenderung unik dan aneh. Terkadang terdengar seperti suara klakson, tetapi terdengar menggema seperti orang tertawa terkekeh-kekeh.
Suara-suara ini biasa terdengar ketika mereka sedang terbang bersama kelompoknya dan suasana hutan menjadi ramai dengan suara bersahut-sahutan dan saling berbalas kicauan. Dibanding penampakannya, suara burung ini lebih sering terdengar dibanding terlihat oleh manusia.
Sayangnya, burung endemik Kalimantan ini termasuk spesies yang memiliki status hampir terancam atau Near Threatened (NT). Artinya kelangsungan hidup burung ini sudah mendekati terancam punah. Faktor penyebabnya beragam. Mulai dari laju kerusakan pada hutan dataran rendah di Kalimantan yang disebabkan oleh tingginya pembalakan liar, adanya konversi hutan, serta kebakaran hutan.
Ditambah lagi ada faktor lain berupa kerusakan dan areal hutan yang merupakan habitatnya berkurang menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup burung tiong batu Kalimantan. Pun belum ada payung hukum yang bisa melindungi kehidupan burung unik ini dari ancaman punah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Daftar Burung Endemik Kalimantan
Berikut ini daftar burung endemik Kalimantan beserta gambar dan penjelasannya.
Burung Berencet Gunung (Napothera crassa). Gambar : orientalbirdimages.org
Berencet Gunung mempunyai nama latin Napothera crassa. Burung yang mempunyai nama Inggris Mountain Wren-babbler ini merupakan hewan endemik Kalimantan. Daerah persebarannya mel;iputi Indonesia hingga Malaysia dengan mendiami daerah hutan dataran rendah lembap subtropis atau tropis dan pegunungan berhutan lembap subtropis atau tropis. Oleh IUCN Red List burung ini dikategorikan dalam status konservasi Least Concern.
Silakan ke halaman berikutnya untuk melihat daftar burung endemik Kalimantan selengkapnya.
Klik angka di bawah untuk ke halaman yang diinginkan
Klik angka di atas untuk ke halaman yang diinginkan
Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Artikel ini adalah salah satu dari serangkaian artikel yang memberikan informasi tentang endemisme di antara burung di berbagai zona zoogeografi dunia. Untuk tinjauan umum tentang subjek ini lihat endemisme pada burung.
Pulau Kalimantan memiliki keluarga endemik tunggal, Pityriaseidae, berisi spesies tunggal, Tiong-batu Kalimantan.
Selain itu, ada genera endemis berikut (semuanya juga monotypic):
Birdlife International telah menetapkan Endemic Bird Areas (EBA) di Kalimantan:
157, gunung-gunung di Kalimantan
Selain itu ada lima daerah sekunder (Secondary Areas). Ada dua kelompok pulau (kepulauan Kalimantan timur laut, s097, dan kepulauan Natuna, (S101)) dan tiga daerah di Pulau Kalimantan sendiri, dataran rendah Sabah (s098), dataran rendah Kalimantan-Indonesia (s099), dan zona pesisir Kalimantan (S100).
Spesies-spesies berikut endemik Kalimantan, dan hanya ditemukan di EBA pegunungan Kalimantan:
Pelanduk Kalimantan adalah endemik wilayah sekunder dataran rendah Kalimantan (wilayah Indonesia).
Microhierax latifrons adalah endemik wilayah sekunder dataran rendah Sabah.
Turdus poliocephalus seebohmi, subspesies Anis Gunung, endemik tiga gunung di Kalimantan bagian utara.
Spesies-spesies jangkauan-terbatas berikut dapat ditemukan di Kalimantan hanya di EBA pegunungan Kalimantan, tetapi dapat ditemukan juga di Sumatra:
Kacamata Jawa dapat ditemukan di daerah sekunder zona pesisir Kalimantan, dan di EBA zona pesisir Jawa.
Merpati-hutan Perak dapat ditemukan di kepulauan Natuna, dan di tiga daerah sekunder lainnya lepas Sumatra.
Pergam Kelabu dan Otus mantananensis dapat ditemukan di daerah sekunder pulau-pulau timur laut Kalimantan, dan juga di EBA dan daerah sekunder lain di Indonesia dan Filipina.
Templat:Endemisme pada burung
Indonesia terdiri dari pulau-pulau membentang dari Sabang sampai Merauke dan termasuk memiliki iklim tropis yang membuat negara ini kaya akan keanekaragaman hayati, terutama bagi spesies burung.
Ada banyak spesies burung yang hidup di Tanah Air, di antaranya adalah jenis-jenis penetap dan burung-burung migran yang berkunjung ke wilayah Indonesia. Mengutip laman Burung.org, Indonesia saat ini memiliki 1812 jenis burung. Angka tersebut mengalami penambahan 18 jenis dibandingkan tahun lalu. Data sampai tahun 2021 menunjukkan ada 532 jenis burung endemik.
Bila dilihat dari status keterancaman, ada 179 jenis burung di Indonesia yang sudah masuk dalam daftar burung terancam punah secara global. 31 di antaranya masuk dalam kategori kritis yaitu selangkah lagi menuju kepunahan, 52 jenis berstatus genting, dan 96 jenis lainnya rentan terhadap kepunahan.
Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia, mengatakan bahwa tantangan konservasi bagi keanekaragaman burung di Indonesia semakin meningkat. Bahkan, meski telah banyak upaya konservasi dilakukan, sebagian jenis burung tetap mengalami penurunan populasi di alam. Ditambah lagi, ada ancaman berupa deforestasi, perburuan, dan penangkapan burung dari alam.
Salah satu burung endemik yang berada di bawah ancaman kepunahan adalah tiong-batu Kalimantan atau (Pityriasis gymnocephala).